Kamis, 30 Juli 2009

17 Agustus

Peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia identik dengan pertandingan dan perlombaan baik yang bersifat olahraga maupun permainan sederhana yang selalu dikemas dengan aneka keramaian dan kemeriahan. Satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan untuk memperingati hari kemerdekaan ini adalah upacara bendera. Ada satu cerita yang pernah aku alami dan lihat yang menurutku kejadian ini perlu kita camkan dan pikiran sebagai tambahan motivasi kita dalam mengikuti upacara bendera dalam rangka memperingati hari kemerdekaan kita.

Pada saat aku menjabat sebagai Kepala Kantor di sebuah kota yang harus menyeberang pulau Jawa, ada sebuah instruksi dari atasanku bahwasanya aku harus mengadakan upacara bendera dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Instruksi itu cukup mendadak, karena instruksi yang dikirim melalui faksimile itu datang pada tanggal 16 Agustus. Kami akan kelabakan waktu itu, karena halaman gedung kantorku tidak representatif buat menyelenggarakan upacara bendera (salah satu alasan pembenar kali ya...) dan kami selama ini juga belum pernah menyelenggarakan upacara bendera.

Disamping itu pegawai yang bertugas disana banyak sekali yang berasal dari luar kota, sehingga mereka ingin sekali memanfaatkan tanggal itu sebagai libur panjang karena bertepatan dengan hari Jumat. Setelah melalui kasak kusuk dengan teman-teman disana akhirnya aku ambil keputusan bahwasannya upacara bendera 17 Agustus aku tiadakan, sedangkan absensi upacara yang diminta oleh atasanku kami buat fiktif dengan harapan kami tidak akan kena marah oleh atasanku.... (sorry ya Bozz...). Jadilah akhirnya kita menikmati libur selama 3 hari dan aku serta teman-teman bisa pulang kampung lebih lama.

Pada tanggal 17 Agustus itu aku tidak kemana-mana alias hanya beraktivitas di dalam rumah sambil nonton televisi. Waktu itu aku hanya keluar rumah untuk menunaikan ibadah sholat Jumat saja. Pada saat keluar rumah dan ketemu dengan beberapa tetangga mereka bercerita tentang kegiatan upacara bendera di kantornya yang dilaksanakan pada pagi hari. Selain itu mereka juga menanyakan keberadaanku di rumah pada hari itu dengan pertanyaan, "apakah hari ini tidak mengikuti upacara". Dengan berbagai dalih aku berusaha menghindar untuk mengatakan bahwa hari ini aku tidak mengikuti upacara. Mereka pun tidak terlalu mempermasalahkan jawabanku karena aku pikir mereka toh juga bertanya hanya untuk basa-basi saja.

Ketika sore hari tiba aktivitasku masih banyak aku lakukan didalam rumah dengan menonton televisi yang kebetulan menyiarkan rangkaian kegiatan yang terjadi selama hari peringatan kemerdekaan republik ini. Hampir semua stasiun televisi sedang mengulas bahwa rasa nasionalis bangsa ini belum luntur. Hal ini bisa dilihat dari tayangan-tayangan yang memberitakan bahwa banyaknya kantor-kantor baik swasta maupun pemerintah yang mengadakan upacara untuk memperingati hari kemerdekaan ini. Tidak ketinggalan pula para kaum gepeng (gelandangan dan pengemis) di Surabaya juga mengadakan upacara bendera sendiri di halaman Taman Bungkul Surabaya.

Melihat berita terakhir ini hati ini rasanya bergetar. Hatiku berkecamuk penuh dengan kebanggaan sekaligus penyesalan. Bangga karena melihat bahwa bangsa ini masih penuh dengan nasionalisme dan penyesalan karena aku tidak memperingati kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan penuh pengorbanan baik harta maupun nyawa para pejuang kita. Aku sungguh merasa tidak mempunyai jiwa nasionalisme saat itu dan kalah dibandingkan dengan nasionalisme yang dimiliki para kaum gepeng yang secara derajat kalah jauh denganku dan disisi lain aku merasa telah dihidupi dari hasil kerjaku terhadap republik ini

Melalui kejadian itu aku bersumpah dalam hatiku bahwasannya dalam peringatan kemerdekaan pada masa-masa mendatang, aku harus menyelenggarakan dan mengikutinya.

Aku berharap teman-teman yang sempat membaca blog ini untuk tergugah mau mengikuti upacara 17 Agustus dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Dan yang paling penting nasionalisme itu bisa tumbuh di dalam sanubari kita. Masih banyak tugas kita dalam mengisi kemerdekaan ini. Tugas kita tidak hanya sekedar seremonial dengan mengadakan upacara, namun kita harus mengisinya dengan penuh tanggung jawab melalui berbagai aktivitas yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara tercinta.

Jumat, 17 Juli 2009

Kecewanya Anakku



Ketika tersiar kabar bahwa kesebelasan kesayangan anakku akan bermain melawan Indonesia All Star, sebuah harapan ingin menonton secara langsung pertandingan persahabatan tersebut langsung tersirat dengan jelas di wajah anakku. Kesebelasan atau tim sepakbola yang akan datang tersebut bernama Manchester United, sebuah klub sepakbola papan atas dengan reputasi dunia. karena Klub ini adalah salah satu tim favorit anakku, tak heran jika bukan hanya nama pemainnya yang dia hafal betul di luar kepala, namun lebih dari itu tinggi badan dan umur para pemainnya pun dia hafal. Pernak pernik atau merchandise dari klub ini pun menjadi koleksinya.

Dengan pertimbangan bahwa tidak setiap tahun (Seumur-umur memang baru kali ini aku mendengar ada rencana Klub ini akan bermain di Indonesia) dan pertandingan akan dilaksanakan di Indonesia (kita tidak perlu bermahal-mahal ria harus terbang ke Inggris atau eropa sana) serta melihat kecintaan anakku terhadap klub ini, aku memutuskan untuk menyetujui permintaan anakku untuk dapat menonton pertandingan secara langsung. Seperti kita ketahui rencananya klub ini akan bermain di Gelora Bung Karno pada tanggal 20 Juli 2009..

Melihat banyaknya penggemar klub ini di Indonesia dari awal aku memprediksi akan banyak sekali yang berminat untuk menonton pertandingan secara langsung. Oleh karena itu jauh-jauh hari aku sudah mencari informasi untuk mendapatkan tiket pertandingan tersebut. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, aku belum juga mendapatkan titik terang akan keberadaan tiket tersebut. Namun dengan berbagai usaha akhirnya saya dan anakku berhasil mendapatkan tiket itu... eh enggak ding baru voucher aja. Rencananya yang sudah disusun travel tempat aku mendapatkan tiket sudah ada di tanganku.

Jadwal itu dimulai dengan keberangkatan pada hari Sabtu dari Malang dan kita akan menginap di Surabaya karena pesawat yang akan mengangkut kami akan diberangkatkan pada hari Minggu jam 07.10 WIB. Sesampai di Jakarta kita akan menginap di Twin Plaza Hotel dan malam harinya kita akan diajak untuk menonton latihan yang digelar oleh Manchester United dan pada hari Senin malam kita baru akan menyaksikan pertandingan yang sebenarmya. Sebuah rencana yang menurutku sudah disusun sedemikian rapih.

Hari demi hari setiap ketemu anakku pembicaraan kami selalu mengarah ke pertandingan tersebut, walaupun dalam hari-hari belakangan anakku agak turun semangatnya karena salah satu pemain kesayangannya harus pindah ke klub lain.

pagi hari ini Jumat tanggal 17 Juli 2009 jam 08.10 bertempat di kamar 311 Hotel Tretes Raya (Ada kegiatan kantor yang mengambil tempat disana) aku melihat televisi dan ternyata di stasiun itu sedang disiarkan bahwa telah terjadi ledakan bom di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton Jakarta. Wow. ingatan ini langsung tertuju pada pertandingan sepakbola ini, karena sebelumnya kami sudah mendapatkan informasi bahwa di Hotel Ritz Carlton inilah punggawa-punggawa Manchester United ini bakal menginap. Begitu mendengar berita ini, bersama teman-teman aku sudah memprediksi bahwa pasti akan ada pembatalan kedatangan klub dari negeri Inggris ini.

Perkembangan demi perkembangan akan berita ledakan bom ini aku ikuti melalui siaran televisi. Dan benar saja mendekati pukul 14.00 siang aku melihat berita bahwasanya kedatangan Klub Manchester United ke Indonesia secara resmi dibatalkan. Aku tidak membayangkan dan membahas berapa kerugian yang ditimbulkan akibat ledakan bom dan pembatalan pertandingan tersebut, namun aku lebih memikirkan bagaimana kecewanya anakku.

Benar saja setelah aku beritahukan kabar pembatalan ini anakku tampak kecewa sekali. Hal ini tidak hanya tampak dari ucapannya saja, melainkan aku juga bisa melihat kekecewaan itu dari raut wajah dan ekspresi yang dia perlihatkan melalui bahasa tubuhnya. Mudah-mudah pada masa mendatang anakku bisa menyaksikan langsung pertandingan yang dimainkan oleh klub kesayangannya ini.

Bagi para teroris yang sempat baca blok ini, buka mata hati kalian, lihat anakku telah menjadi korban kekejianmu. Walaupun menjadi korban tidak langsung tetapi kalian telah menciptakan kekecewaan pada anakku. Inikah yang memang harus kalian perjuangkan....?

Senin, 06 Juli 2009

Dirgahayu Republikku

Sebentar lagi rakyat Indonesia akan memperingati hari yang sangat bersejarah yaitu hari kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Seperti biasa dalam rangka memperingati hari yang sangat bersejarah itu, masyarakat hampir di setiap tempat menyambutnya dengan penuh suka cita. Berbagai kegiatan dan lomba diadakan untuk menambah ramainya suasana peringatan ini. Barangkali untuk tahun 2009 agak terlalu dini bagi kita memberikan ucapan selamat terhadap peringatan kemerdekaan bangsa ini, tetapi kalau kita lihat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara dan Selatan pun saat ini sudah mulai menggelar pertandingan dan lomba, rasanya tidak berlebihan kalau kita sudah mulai memberikan ucapan tersebut. Adapun pertandingan dan lomba yang diadakan pada tahun ini adalah : Pertandingan bulutangkis, futsal, bola voli, tenis meja, gaple, lomba menghias nasi kuning, lomba menangkap belut, lomba lempar telur, lomba memasukkan pensil dalam botol serta jalan santai.

Kemerdekaan ini memang patut disyukuri dan dirayakan, karena untuk bisa memerdekakan diri perlu perjuangan yang tidak ringan dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Seperti yang dialami bangsa Indonesia ketika harus berjuang melawan para penjajah dalam upaya memerdekakan diri. Sudah jutaan jiwa melayang, butuh waktu ratusan tahun dan sudah tidak terhitung biaya dan harta yang menjadi tumbal kemerdekaan ini.

Kita sebagai generasi penerus harusnya mengisi kemerdekaan ini dengan perbuatan dan perilaku yang baik, agar para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan ini bisa tersenyum di surga kala melihat bangsa ini bisa berjaya.

Pada jaman penjajahan dulu para pahlawan berjuang untuk memerdekakan diri dari jeratan, tindasan, kungkungan maupun jajahan bangsa asing yang secara fisik tampak berbeda dengan bangsa kita. Pada saat ini kita perlu berjuang untuk memerdekakan diri dari berbagai hal yang masih menghambat langkah kita. Diantaranya adalah kemerdekaan dari ketergantungan atas bangsa lain secara ekonomi maupun budaya. Kita harus bisa memerdekakan diri kita dari penindasan yang dilakukan secara sistematis, sebuah penindasan yang selalu mengatasnamakan rakyat demi kepentingan dirinya dan kelompoknya. Tak jarang akibat yang terjadi adalah keadaan yang sebaliknya. Rakyat kecil yang selalu dipakai propaganda dalam memuluskan tujuannya akan terus mengalami kesulitan dan menemui banyak hambatan dalam meniti jati dirinya, karena terus dan harus terhimpit oleh keadaan yang dia sendiri tidak tahu siapa dan kapan dimulainya. Haruskah karakter bangsa hilang oleh kepentingan orang atau golongan yang selalu mengatasnamakan rakyat ini.

Semoga dengan peringatan kemerdekaan ini menjadi momentum untuk saling introspeksi diri, semakin membuka mata hati kita, mata hati para penguasa dan pengusaha untuk mau memikirkan rakyat guna menemukan jati dirinya. Jati diri sebagai bangsa yang besar, bangsa yang sedang berjuang untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

Rabu, 01 Juli 2009

Membagi Kebahagiaan

Hari ini tanggal 1 Juli 2009 dengan mengambil tempat di Desa Manyar Sidorukun Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara dan Selatan mengadakan Bhakti Sosial kepada masyarakat desa tersebut dan sekitarnya. Bentuk dari kegiatan ini adalah khitanan massal yang diikuti oleh 18 anak. Disamping itu, bhakti sosial ini juga memberikan layanan periksa dan pengobatan gratis yang diikuti oleh 140 orang serta pemberian santunan kepada sejumlah anak yatim. Waktu kegiatan ini sengaja dipilih pada saat liburan sekolah, mengingat proses penyembuhan khitan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan demikian diharapkan kegiatan ini tidak akan mengganggu aktivitas belajar mereka di sekolah.

Wajah ceria bisa kita lihat dari anak-anak baik yang mengikuti khitanan massal maupun yang akan menerima santunan. Anak-anak yang akan mengikuti khitanan sudah siap dengan kain sarungnya serta membawa petat (Sebuah alat yang berfungsi menahan agar kain sarungnya tidak menyentuh alat kelamin yang baru saja dikhitan). Tawa canda mereka terus berderai seiring dengan alunan musik gambus yang diperdengarkan untuk menemani peserta menunggu acara dimulai.

Untuk peserta periksa dan pengobatan gratis hampir seluruhnya adalah kaum usia lanjut. Mereka sudah siap dan terlihat tidak sabar untuk segera mendapat pemeriksaan dan pengobatan secara cuma-cuma ini. Sambil menunggu acara dimulai, saya sempat berbincang dengan seorang nenek yang duduk dibelakang saya. Nenek ini sepertinya akan mengikuti kegiatan periksa dan pengobatan gratis. Pada awalnya Nenek ini tidak berkata sepatah katapun alias diam. Tetapi begitu saya mulai menyapa dan menanyakan keluhan sakitnya, beliau langsung dengan spontan mengatakan bahwa ada rasa nyeri dan ngilu dibagian dadanya. Beliau sendiri tidak tahu apa yang dideritanya, karena beliau sendiri tidak pernah melakukan pemeriksaan atas keluhannya itu.

Selesai memberikan penjelasan atas rasa sakit yang dideritanya, beliau dengan sendirinya bercerita kalau saat ini sudah hidup sebatang kara, suami dan 2 orang anaknya telah meninggal. Beliau hanya hidup dari bantuan para tetangganya. Ketika saya pegang tangan Nenek ini sambil menyelipkan sesuatu, langsung terpancar kebahagian diwajahnya yang sudah keriput itu. Selain ucapan terima kasih beliau juga memberikan doa-doa kebaikan.

Dana untuk kegiatan ini berasal dari donasi seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara dan Selatan. Mudah-mudahan dapat sedikit meringankan beban keluarga kita disana. Amin.

Cerita ini sama sekali tidak bermaksud untuk memamerkan niat baik dari para pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara dan Selatan, namun lebih ditujukan untuk memberikan inspirasi kepada para teman dan sahabat untuk berbuat hal yang serupa demi meringankan beban keluarga kita yang masih kekurangan.