Kamis, 24 September 2009

Cuti Bisa Dalam Hitungan Jam...

Dalam setiap organisasi baik milik pemerintah maupun swasta selalu memberikan hak kepada para pegawainya berupa cuti. Pengaturan pemberian hak cuti ini bervariasi tergantung dari unit organisasi tempat pegawai tersebut bekerja. Untuk para Pegawai Negeri Sipil (PNS) sendiri telah diberikan pengaturan berbagai jenis cuti. Ada cuti tahunan, cuti karena sakit, cuti karena alasan penting, cuti besar dan sebagainya.

Khusus untuk pengaturan cuti tahunan, kepada setiap pegawai diberikan hak cuti sebanyak 12 hari kerja. Jumlah ini setara dengan diberikannya hak cuti kepada pegawai sebanyak 1 hari dalam 1 bulan, suatu jumlah hak cuti yang cukup bagi seorang PNS.

Dalam mengambil hak cutinya dilakukan pengaturan bahwa dalam sekali cuti seorang PNS diharuskan mengambil hak cuti minimal 3 hari. Hal ini kadang tidak sesuai dengan kebutuhan dari seorang PNS. Contohnya seorang PNS punya kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan dan waktu yang dibutuhkan untuk mengurus kepentingan tersebut adalah 1 hari. Karena PNS tersebut tidak mau membolos atau membuat surat ijin tidak masuk kantor, maka dia harus mengambil cuti tahunan. PNS tersebut harus mengambil cuti selama 3 hari. Akibatnya 2 hari cuti tahunan yang diambil tidak termanfaatkan dengan baik, disisi lain pada waktu-waktu mendatang dia masih membutuhkan cuti tahunan lagi karena kepentingan pribadi lainnya yang masih harus dia urus.

Berkaca dari contoh kasus di atas, mungkin pengaturan cuti yang membolehkan seorang PNS untuk cuti dalam 1 hari adalah kebijakan yang harus didukung. Pengaturan cuti semacam ini sudah lama berlaku dan dijalankan oleh organisasi swasta.

Dalam suatu diskusi ringan dengan seorang teman yang bekerja di perusahaan swasta, saya mendapat sebuah informasi baru bahwasanya di perusahaan tempat dia bekerja penggunaan hak cuti bisa dilakukan dalam hitungan jam. Wow... asyik untuk kita simak... Coba kita hitung-hitung kebijakan ini dengan kebutuhan pegawai kita ditambah dengan pengalaman yang sudah ada melalui sebuah contoh. PNS terutama yang berstatus pegawai pusat sering harus berpindah-pindah tempat bekerja. Tidak hanya dari satu kota ke kota lain, melainkan bisa dari satu pulau ke pulau lain. Mereka biasanya memilih salah satu kota untuk dijadikan home base bagi keluarganya.

Seorang teman mempunyai kantor di luar kota dengan waktu tempuh kurang lebih 5 jam. Waktu kerja di kantor kita dimulai pada pukul 07.30 WIB dan berakhir pada pukul 17.00 WIB. Apabila dia tepat sampai di kantor pada pukul 07.30 WIB, maka dia harus berangkat pada pukul 02.00 WIB ditambah berhenti untuk sholat subuh. Kita tahu jam 02.00 WIB adalah saat dimana sedang enak-enaknya kita mendengkur di balik selimut. Kalau dia harus berangkat jam 02.00 WIB, bisa kita bayangkan betapa capek dan ngantuknya dia waktu di kantor. Sungguh suatu kerugian karena kita tidak bisa bekerja secara maksimal. Keadaan seperti ini dialami oleh banyak sekali pegawai pada organisasi kita.. termasuk mereka yang harus menggunakan transportasi udara. Ada seorang teman yang apabila menggunakan pesawat paling pagi sekalipun, maka dia akan tetap terlambat untuk masuk kantor.

Untuk mengatasi hal tersebut biasanya teman-teman harus berangkat malam sebelumnya bagi yang tidak menggunakan pesawat dan sore sebelumnya bagi yang berangkat dengan menggunakan pesawat. Hal ini dilakukan dengan harapan masih ada waktu untuk tidur dan paginya masih bisa bekerja dengan baik (tidak dapat disebut bekerja dengan maksimal..)

Sekarang kita coba bandingkan dengan kalau cuti bisa diambil dalam hitungan jam.. Seorang PNS yang ada kepentingan pada pagi hari dan harus diselesaikan sampai dengan jam 09.00 WIB, maka dia tidak harus mengambil cuti selama 3 hari, tapi cukup dengan cuti sampai dengan jam 10.00 WIB (2,5 jam) dengan asumsi waktu tempuh ke kantor kurang dari 1 jam.

Untuk seorang PNS yang waktu tempuh ke kantor kurang lebih jam 05.00 WIB jam, dia bisa berangkat sehabis subuh (kurang lebih jam 5) dan sampai di kantor jam 10.00 WIB artinya dia hanya butuh cuti selama 2,5 jam saja. Dengan berangkat jam 05.00 WIB, berarti dia tidak harus kehilangan waktu semalam bersama keluarganya.

Pelaksanaan cuti samacam ini juga bisa dimanfaatkan oleh pegawai yang tanpa diharapkan terjadi sesuatu di dalam perjalanannya ke kantor, misalnya seorang pegawai yang terkena macet atau dia harus terlambat karena ban motornya bocor di tengah jalan.

Pengaturan ini akan membuat penghitungan cuti menjadi lebih ribet, tetapi dengan teknologi informasi semua bisa dipikirkan dan dijalankan dengan mudah.

Gambaran pengaturan cuti semacam ini masih perlu kajian yang cukup mendalam. Namun setidaknya sudah jadi bahan masukan untuk didukung dan didiskusikan.

Rabu, 23 September 2009

Terapi Listrik...

Untuk mendapatkan tubuh yang bugar, selain menjaga pola makan yang sehat dan olahraga serta istirahat yang cukup, masih dibutuhkan lagi beberapa aktivitas yang bisa membuat kita merasa nyaman. Banyak pilihan kegiatan yang ditawarkan dan bisa kita jalani, tinggal menyesuaikan dengan keinginan dan kebiasaan masing-masing. Beragam pilihan itu diantaranya dengan mengunjungi tempat rekreasi, pijat tubuh dan lain sebagainya.

Saya termasuk orang yang suka menikmati relaksasi dengan cara dipijat. Berbagai jenis teknik pemijatan yang pernah saya coba diantaranya adalah pijat tradisional, refleksi, totok, Shiat su, pijat batu giok dan sebagainya. Pijat tradisional itu sendiri ada banyak jenis teknik dan ilmunya mulai dari yang pijat penghilang rasa capek, pusing, masuk angin sampai penyembuhan akibat salah urat.

Pada saat saya silaturahmi dalam rangka lebaran ke rumah kakak, saya mendapat informasi bahwa ada terapi listrik yang bisa digunakan untuk memberikan rasa nyaman dan mengurangi bahkan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit yang ada di tubuh kita. Dengan penuh antusias sang kakak memberikan informasi tentang model terapi tersebut. Setelah mendengar informasi dan pengalaman kakak saya serta merasa ada sesuatu yang baru, saya jadi tertarik untuk mencobanya.

Singkat cerita datanglah seorang bapak yang diantar oleh keponakan ke rumah untuk melakukan terapi. Ketika sang bapak sudah diduduk, mataku terus memperhatikan gerak-geriknya. Hal ini saya lakukan karena didorong oleh rasa penasaran untuk mengetahui peralatan apa yang akan dipakainya. Perlahan sang bapak mengeluarkan peralatan yang dia bawa di saku jacket yang dipakainya sambil bertanya dimana stop kontaknya... wadouw bener-bener disetrum ini...

Setelah saya perhatikan ternyata peralatan yang dia pakai adalah seutah kabel yang panjangnya kira-kira 3 meter. Di Salah satu ujung kabel terlihat ada stacker yang siap untuk dicolokkan ke stop kontak dan diujung lainnya terdapat dua lempeng logam, yang kalau dilihat dari warna dan beratnya dapat dipastikan kalau terbuat dari tembaga. Lempengan itu berbentuk bulat setebal 2 mm. Sesuai permintaan sang bapak kabel sudah terhubung dengan listrik 220 Volt. Sang bapak meletakkan ke dua lempengan itu di lantai dengan jarak sekitar 40 cm. Lempeng yang satu dekat ke kaki sang bapak dan lempeng lainnya lebih dekat ke kaki saya.

Dalam pikiran saya saat itu adalah kedua lempeng ini sudah teraliri listrik dan kalau kita sentuh pasti kita akan terkena aliran listrik. Ditengah rasa penasaran itu sang bapak mengagetkanku dengan menyuruh saya untuk menginjak lempeng yang dekat dengan kaki saya dan sang bapak sudah lebih dulu menginjak lempeng yang ada di dekat kakinya. Dengan penuh keraguan saya tanyakan apakah ini tidak membahayakan...? Dengan bantuan keponakanku yang sudah pernah menjalani terapi ini, saya bisa meyakini bahwa hal ini tidak berbahaya. Dan benar saja... ketika lempengan itu saya injak dengan tumitku, ternyata saya tidak merasakan sedang terkena aliran listrik.

Setelah kami sama-sama menginjak lempengan itu... sang bapak mulai menjabat tangan saya... dia bertanya apakah saya ada penyakit jantung atau tekanan darah...?. Saya langsung memberikan jawaban bahwa saya tidak mempunyai penyakit jantung atau masalah dengan dengan tekanan darah. Selanjutnya sang bapak memberikan sentuhan disekitar telapak tangan saya dan saya bisa merasakan bahwa mulai dari telapak tangan sampai siku saya sedang dialiri listrik. Sang bapak dengan mahir mulai memainkan kekuatan listrik yang ada... kadang dikecilkan kadang dibesarkan. Yang membuat saya heran kenapa listrik bisa bapak kendalikan termasuk besar kecilnya aliran yang saya rasakan. Padahal tidak ada perangkat elektronik lainnya yang dia pergunakan...

Ditengah kebingungan saya tiba-tiba sang bapak memperbesar aliran listrik di tanganku yang membuatku kaget hingga harus berteriak dan berusaha melepaskan tanganku dari tangan sang bapak serta mengangkat tumitku untuk memutuskan hubungan listrik yang mengaliri tanganku. Dengan sabar sang bapak menyentuhku kembali untuk meneruskan terapi ini. Setelah satu titik simpul syaraf dirasa cukup, sang bapak mengalihkan sentuhannya di titik simpul lainnya. Dan setiap saya merasakan aliran yang sangat besar, saya selalu berusaha melepaskan diri dengan melepaskan lempengan logam itu sambil berteriak. Kejadian ini terus berlangsung sampai semua titik simpul syaraf yang dikehendaki selesai diterapi. Pada saat terapi ini berlangsung saya berusaha terus mengajak sang bapak untuk ngobrol guna menggali informasi yang berkaitan dengan terapi ini...


Dari obrolan itu saya dapat informasi bahwa terapi ini juga dipergunakan untuk para pemain sepakbola anggota Indonesia Super League di kotaku. Terapi dipergunakan untuk menyembuhkan cedera akibat salah urat dan seleksi pemain. Seleksi pemain menjadi sangat penting karena seorang pemain yang terbiasa dopping pasti ketahuan dengan metode terapi ini.
Dari obrolan itu saya juga tahu kalau terapi ini bisa untuk mengobati berbagai macam penyakit yang berhubungan dengan otot, syaraf dan organ dalam, terutama untuk orang-orang yang mengalami sakit akibat terkena serangan stroke. Sejauh ini saya belum tahu tentang kebenaran informasi ini karena saya baru pertama kali mencoba dan belum pernah mendengar testimoni dari yang sudah menjalani terapi ini.

Pada saat titik simpul saraf kita disentuh terasa sekali ada aliran listrik yang melewati tubuh kita dan sang bapak tetap memainkan besar kecil besaran aliran listrik. Titik-titik simpul syaraf yang disentuh sang bapak adalah telapak dan jari-jari tangan, beberapa titik di siku tangan, Telapak dan ujung jari-jari kaki, tulang kering, lutut pundak, leher, sekitar mata dan di belakang telinga. Dan setiap sentuhan sang bapak selalu disertai dengan rrerreeeerrrrrdddd.....

Teknik terapi ini ternyata dilakukan dengan memanfaatkan tenaga dalam yang telah dilatih oleh sang bapak. Walaupun saya baru mengetahui teknik terapi ini, namun sang bapak memberikan penjelasan bahwa dia bukan satu-satunya orang yang melakukannya. Memang ada beberapa orang tapi jumlahnya masih sangat terbatas.

Walaupun saya belum tahu khasiat terapi ini terhadap berbagai macam penyakit, namun saya bisa merasakan kondisi nyaman yang luar biasa saat terkena dan setelah aliran listrik itu.

Berani mencoba...?

Rabu, 02 September 2009

Pertanda Apa ya....?

Hampir setiap hari Sabtu di depan rumahku melintas seorang wanita tua dengan perawakan kecil dan dengan busana yang sangat sederhana. Usia rupanya sudah menggerogoti tubuhnya, sehingga untuk berjalan saja, dia harus menggunakan tongkat sebagai alat bantu. Rupanya ia sudah pernah terkena serangan stroke. Hal ini bisa dilihat dari kaki dan tangan kirinya yang sudah sangat berat untuk digerakkan. Memperhatikan kondisi yang sedemikian rupa timbul rasa iba bagi siapapun yang melihatnya. Berkali-kali aku melihat dia duduk di sebuah pasangan batu bata sebagai pembatas jalan dan parit yang melintas di sebelah rumahku. Pernah juga aku melihat dia duduk di berm rumah tetanggaku.

Namun dia tidak pernah mengetuk pintu rumahku untuk meminta layaknya seorang pengemis. Namun rasa iba membawaku untuk memberinya sedikit bantuan. Dia menerima saja pemberianku dan tak lupa dia mengucapkan terima kasih sambil mendoakanku. Mendengar dia mengucapkan doa dalam bahasa jawa aku mengucapkan amin, layaknya seorang makmum yang sedang mengamini doa imamnya.

Waktu terus berlalu dan hampir setiap hari Sabtu aku ketemu dia dan aku selalu memberinya sedikit bantuan. Setiap menerima bantuan dia selalu memanjatkan doa untukku. Aku pernah menawari dia untuk mengetuk pintu rumahku jika dia lewat depan rumahku sedangkan aku tidak sedang ada di depan. Namun dia menolaknya dengan mengatakan tidak enak kalau harus menggangguku dengan ketukannya.

Setelah beberapa kali aku ketemu, akhirnya disamping dia tetap memanjatkan doa, dia mulai berani bercerita tentang kehidupannya. Rupanya Ibu tua ini sudah lama ditinggal mati oleh suaminya dan sekarang ini dia hidup dengan seorang anak angkatnya yang tidak berbudi. Dia sering disia-siakan bahkan disiksa oleh anaknya. Dalam kedukaan hidupnya ia bercerita sudah punya niat untuk bunuh diri dengan cara menabrakkan dirinya ke mobil yang sedang melaju. Aku berusaha untuk menasihatinya, agar jangan sampai melakukan itu karena tindakan itu sangat dibenci oleh Allah. Bunuh diri adalah suatu keputusan yang masuk dalam katagori putus asa. Sudah 2 kali dia bercerita tentang rencananya itu dan sudah 2 kali pula aku menasihatinya.

Kejadian yang aku alami pada hari Sabtu kemarin cukup membuatku bingung sekaligus kaget...
Sabtu kemarin ketika aku sedang di depan rumah, aku melihat dari kejauhan ibu tua ini berjalan dengan sangat berat untuk menghampiriku. Namun belum sampai di dekatku dia sudah harus berhenti dan duduk di pasangan batu bata pembatas parit samping rumahku itu. Aku coba menghampiri dia dan seperti biasa aku berikan sedikit bantuan. Kembali lagi dia memanjatkan doa untukku. Setelah itu dia bercerita sambil berterima kasih atas pemberianku yang menurut dia cukup digunakan untuk makan selama seminggu.

Setelah itu dia bercerita lagi bahwa dia sudah sangat berterima kasih atas bantuanku dan dia rupanya mulai percaya denganku. Hal ini terlihat dari ceritanya bahwasannya dia masih mempunyai uang yang cukup banyak yaitu Rp. 20.000.000,- hasil dari penjualan tanah yang telah diwariskan oleh orang tuanya. Sebenarnya tanah yang ia jual laku Rp. 45.000.000,-. Tapi yang Rp. 25.000.000,- sudah dia bagi dengan saudaranya dan sebagian lagi sudah diberikan serta dihabiskan oleh anak angkatnya.

Cerita yang membuatku bingung dan tak habis pikir adalah ketika dia bertanya apakah aku akan menerima jika dia akan menitipkan uangnya sebesar Rp. 20.000.000,- itu kepadaku. Bahkan dia rela dan ikhlas jika uang itu nantinya untukku. Aku boleh memakainya sebagai imbalan atas kebaikanku kepadanya. Dia tidak akan memintanya kembali walaupun dia sendiri masih sangat kekurangan.

Dalam perbincangan itu aku coba terus berpikir positif dan akupun mengatakan bahwa jika memang Ibu percaya sama saya, silahkan dititipkan ke saya. Uang itu sekarang masih dititipkan ke Saudaranya di desa dan akan diambil hari Jumat serta akan diserahkan ke saya pada hari Sabtu mendatang. Dari perbincangan itu pula aku baru tahu kalau nama Ibu itu adalah Sumaryanti yang berasal dari Dampit Kabupaten Malang.

Singkat cerita aku jadi penasaran karena orang yang selama ini aku berikan sedikit sekali bantuan, ternyata bersedia memberikan balasan yang sedemikian besar...

Ya Allah ijinkan aku menceritakan kejadian ini... bukan aku bermaksud menyombongkan kebaikanku... tapi ada yang mengganggu dalam benakku dan membuat aku masih berpikir pertanda dan pelajaran apakah yang bisa diambil dari semua ini?